Terima kasih telah berkunjung di blog kami, blog ini masih dalam perbaikan, mohon bimbingannya

Detik-Detik Perpisahan

"Seisi rumahku terasa terdiam, diluar riuh angin menyapu dedaunan dipekarangan, gaungan sapi di belakang rumahku menambah suasana pilu dalam keluargaku, sore hari itu aku baru saja dari kota, kumelihat bapakku yang usianya hampir setengah abad dengan keriput yang berlipat-lipat diwajahnya dan rambutnya yang terselingi uban putih di seputaran dahinya. beliau menikmati rokok klobot ditangannya, malam hari langit dipenuhi cahaya bagai permadani hitam ditaburi intan dan berlian memancarkan keindahan karunia Tuhan, begitu mempesona, berlawanan dengan suasana hatiku yang gundah gulana.

“Kau sudah berbenah nak” suara ibuku yang lembut menyadarkan aku, aku harus bersiap untuk ke pesantren meninggalkan keluargaku!, “ya bu aku masih melipat bajuku……”. ”War ingat ya nanti kamu di sana untuk cari ilmu … jadi pinter-pinter cari temen jangan ikut-ikut yang gak bener inget itu…..!. Kata –kata Ibu ditimpali suara bapakku yang serak “Bapak sudah menjual tanah dari almarhum kakekmu untuk biaya sekolahmu jadi jangan buat kami kecewa …!”

Hatiku rasanya tercabik-cabik mendengar kata-kata mereka berdua, air mataku rasanya ingin tumpah, ku lihat mata mereka bak danau cinta dan lautan kasih yang berkilauan, ”Miftakhul Anwar” kulihat namaku diijazah SMP yang kurasa cukup untuk masuk SMK Faforit dikota, cahaya bulan yang tersapu awan menampakkan garis-garis indah bagai tirai-tirai di angkasa, heningnya suasana terpecah oleh seruan Ilahi menebarkan ketenangan hati, tak terasa adzan Isya’ begitu cepat berkumandang. ”War udah nak berkemasnya, ayo sholat dulu… nanti biar ibumu aja yang beresin” gertak bapak mengajakku sholat Isya’.

Seisi rumah terasa sunyi, bunyi detik-detik jam dinding di ruangan solat dan nyanyian hewan – hewan malam hilang ditutupi lantunan ayat-ayat Ilahi. Tanpa tersadar air mataku mengalir mengingat masa-indah bersama orang tuaku. tentang semua yang mereka berikan dan aku tersadar aku belum sedikit pun membalasnya. akhirnya aku hanya mengadu pada Ilahi semoga Ia membalasnya, selesai berdoa aku menatap mata Bapakku yang lelap, dan detik-detik jam dinding mengantarnya pada harapan yang begitu besar didalam hatinya.

Aku mendengar suara Ibu sayup-sayup dari ruang tengah “Nak sudah selesai sholatnya…, cepat istirahat kamu besok kan mau pergi jauh“ saat aku tersadar ku merasakan besarnya perhatian mereka, bagai mentari yang tak lekang menghangatkan cakrawala, akupun beranjak menuju kamarku meskipun mataku terasa berat untuk terpejam.

Tak terasa malam begitu cepat berlalu, kudengar suara berbisik menyentuh telingaku, sayup sayup mataku yang terasa berat menahan kantuk, menatap seraup wajah penuh cinta “Nak bangun subuh yuk….!” Ku takkan bisa melupakan saat –saat seperti ini, pagi yang indah di musim panas, alunan nyanyian burung memecah keheningan malam dan kokok ayam jantan yang slalu membuatku tersenyum menghadapi hari, kulihat jam diruang tengah pukul 05:30 aku siap untuk meninggalkan keluargaku, kulihat Ibu yang terdiam di saping rumah, akupun menghampirinya, ”Bu.. doakan aku yaa.. aku akan kangen banget sama ibu di sana…! Kulihat Ibu meneteskan air mata “Ibu juga, kamu baik-baik ya itu bapakmu sudah menunggu”, Ibuku mengatakannya sambil memelukku aku melepasnya dan dengan langkah pasti aku meninggalkan semuanya untuk meraih cita-cita.

By: Agung Budiono
http://www.abdulqohar.co.cc